Takut
Kalau saja kakak ku gak sekacau itu sifat nya mungkin aq akan baik baik aja.
Kehidupan nya jauh dari kata damai menurut ku meski sudah bersuami pun tak damai juga. Bapak ku terus menerus mengejek suami kakak ku di depan anak mereka dan bahkan bapak ku mengolok olok anak mereka kalo di bawa ke rumah suami kakak ku. Mulai dari mereka miskin hingga makanan yang gak layak bagi mereka.
Aku punya pacar , kami menabung untuk menikah. Niat hati ku ini maju mundur. Karena apa , karena perlakuan orang tua ku yang tak stabil kepada ku. Kadang baik kadang buruk lebih buruk dari orang tua sambung. Pernah tak sengaja aku goreng telor pakai minyak bekas , ibu ku langsung membuang telor nya. Gak tanggung tanggung langsung dia lempar ke ayam. Bapak ku juga malas mengurus ku, bahkan ambil rapor ku pun sambil mengeluh gaji harian nya hilang karena mengambil rapor ku.
Aku menyiapkan semua nya , menabung sedikit demi sedikit. Membeli tanah agar tidak di ungkit kaya kakak ku karena membuat rumah di tanah mereka. Memberi ibu uang karena ibu ku mengeluh kakak ku gak pernah kasih uang sama dia. Memberi bapak uang karena bapak mengeluh tagihan listrik mahal dan dia mulai malas berkerja karena dia mudah sakit dan bayaran nya gak seberapa kata nya.
Aku serius menikah. Namun aku serius juga dengan perasaan galau ku ini. Pacar ku anak terakhir dari 8 bersaudara. Nampak akur dan sering kumpul keluarga. Sedang kan aku anak terakhir dari 2 bersaudara. Yang gak jelas arah keluarga ini gimana.
Tanah yang q cicil itu . Sebagian uang nya pinjam uang ibu q. Saat aq menegurnya karena menghitung duit hasil dagang nya dini hari dan itu membuat ku terbangun padahal besok nya aku berkerja. Ibu ku berkata kalo buat rumah gak gampang dan liat aja kakak ku penuh hutang.
Tapi gak semua yang mereka bilang benar. Dulu saat aku baru lulus sekolah dan mau lanjut kuliah dan gagal karena kakak ku operasi sesar yang kata nya habis belasan juta namun kenyataan nya ibu ku gak keluar uang sebanyak itu dan aku kena tipu. Aku memutuskan untuk bekerja dan kalian tahu dia gak suka aq bekerja. Meskipun pada akhir nya dia menguasai gaji ku. Memang waktu itu pekerjaan ku buruk. Buruk sekali hingga mungkin gak akan habis kalo q ceritakan dalam 2 hari. Namun yang paling lucu , saat perusahaan itu mencecar ku tanpa ampun, aku menangis , kelahi dengan teman sekerjaan , bahkan aku juga pernah di serang secara fisik, dari di lempar lembaran uang hingga di lempar hape. Dan aku ingin berhenti. Orang tua ku malah berkata. Kami gak suruh kami bekerja . Kamu sendiri yang dapat kerjaan itu. Padahal , uang hasil keringat ku mereka makan.
Kakak ku meski sudah menikah gak jelas hidup nya. Bahkan untuk warna cat rumah nya saja orang tua ku yang tentu kan. Bahkan untuk beras saja mereka bisa saling berkata menyakitkan.
Pacar ku memberi ku syarat jika hubungan kami di lanjutkan itu berarti aku akan tinggal bersama nya. Bersama keluarga nya. Sedangkan ibu ku wanti wanti kalo tidak boleh tinggal sama mertua. Dari sumpah nenek moyang dan mertua menyiksa dia sebutkan.
Namun di sisi lain tak ada lagi yg ku miliki. Tanah ku itu yang ku cicil adalah tanah nya, dia berkata begitu sama kakak ku. Jika bukan karena dia. Aq gak punya apa apa. Jika bukan uang dia. Aq gak punya apa apa. Padahal selama ini aku membayar nya hingga aq gak bisa jajan dan bersenang senang.
Aku di peras. Dilain pihak juga pacar ku egois. Aku ingin keluar dari semua ini. Namun banyak hal yang ku takutkan. Jika aku tak bersama nya jika bersama orang lain pasti masalah nya sama orang tua q juga. Jika aku bersama nya apa kah keluarga nya bakal memperlakukan aku dengan baik. Dengan semua pengorbanan aku ini apa aku bakal di perlakukan baik? Kalo lebih parah dari ibu dan bapak ku gimana? Sedangkan aku gak bisa kembali ke rumah ini lagi?
Bagaimana jika dia gak bisa ku percaya. Menduakan ku dan tak menghargai ku ? Sedangkan aku tak bisa kembali?
Aku takut sekali. Sungguh takut sekali.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kodok Curhat
0 komentar:
Posting Komentar