Bibir Mer [Review]
Ria, seorang pegawai salon yang pintar merayu, sampai sampai pelanggan nya antri dan gak mau dilayanin selain Ria. Disalah satu pelanggan nya itu rupa nya ada pelanggan istimewa seorang om bernama Handoko. Mba Yani, si pemilik salon, pesan sama Ria, kalo pelanggan satu ini jangan sampai dikecewakan.
Dilain sisi ada Jodi, seorang pemuda idealis yang masih mengejar cinta Ria. Teman nya membantu dia bertemu dengan nya, namun kini bukan hanya nama nya saja yang berganti dari Yati menjadi Ria, namun juga penampilan nya. Bukan hanya Ria masalah Jodi saat ini, namun juga pekerjaan, karena keidealisan nya Jodi kesulitan menemukan pekerjaan, dari berjualan burger yang menurut dia mengambil hak orang lain lah, hingga menjadi wartawan yang baru sehari aja langsung di gebukin massa karena dikira maling.
Karir Ria dari hari ke hari semakin melejit, dari seorang pegawai salon hingga menjadi foto model. Ajaib nya lagi Om Handoko menyerahkan proyek seminar lingkungan hidup pada Ria, seminar ini diadakan pasca Jodi meliput pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan Om handoko.
Hingga suatu hari Om Handoko mengajak Ria ketemuan di Singapur dikamar hotel pula, tapi tidak seperti yang kita pikir, jangan nethink dulu. Om Handoko bilang kalo di Jakarta dinding punya kuping, jadi lebih aman di Singapur. Om Handoko minta bantuan sama Ria untuk pergi ke Los Angeles sama Lukito, seorang om - om lain nya yang rupa nya punya hubungan khusus dengan Mba Yani, si pemilik salon. Hal ini harus Ria lakukan untuk membantu menutupi hubungan Mba Yani dan Lukito yang sudah terendus oleh media massa.
Ria pun bimbang apakah dia harus membantu om Handoko namun mengkhianati Mba Yani? padahal Mba Yani sudah sangat baik pada nya, sementara itu juga keluarga nya di kampung, terutama ayah nya sudah sakit-sakitan karena kepikiran akan segera pensiun.
Ditengah kegalauan nya itu Ria mengutarakan semua nya pada Mba Yani, dan Mba Yani pun menyerahkan semua keputusan pada Ria, bahkan Mba Yani menyerahkan cincin yang dia beli pertama kali dalam hidup nya pada Ria.
Ketulusan Mba Yani membuat Ria mengiyakan perkataan Om Handoko, namun dia tidak benar-benar pergi ke Los Angeles, melainkan pulang kampung. Sebentar tinggal di kampung, Ria kembali ke Jakarta kembali mendatangi Mba Yani yang menjelaskan bahwa dia tidak pernah menikah dan tidak ada seorang pria pun yang pernah tidur diranjang nya, namun dia pernah melahirkan seorang anak saat di kampung, anak yang kata keluarga nya sudah di kubur, anak nya bersama Lukito. Karena nya uang yang dihasilkan Mba Yani di salurkan ke panti asuhan dan sekolah anak anak, saat jalan jalan di sekolah itulah Mba Yani mendapatkan telpon bahwa Lukito meninggal secara mendadak di Los Angeles.
Meninggal nya Lukito rupa nya santapan media massa, terutama tempat Jodi bekerja, Jodi pun mengetahui bahwa kematian Lukito merupakan pembunuhan berencana oleh Handoko, yang berebut warisan dengan Lukito, dia merancang agar kematian Lukito diakibatkan ada nya cinta segitiga antara Ria, Mba Yani dan Lukito. Bingung dengan kekacauan ini Ria pun pindah dari rumah teman nya yang satu ke yang lain, bahkan pulang kampung dan justru mendapati kabar dari ibu nya bahwa Ria bukan lah anak mereka melainkan anak nya Mba Yani.
Disisi lain Mba Yani juga mendapati kabar dari pembantu nya dulu dan ayah Ria bahwa anak nya masih hidup yang tak lain adalah Ria.
Mengetahui hal ini Ria rupanya ke panti asuhan milik Mba Yani dan mereka pun bertemu disana, kedua ibu anak ini pun ke pusara Lukito untuk ziarah bersama.
Nasib baik pun ikut menyertai Jodi karena akhir nya Ria mau bertemu dengan nya, setelah hampir semua narasumber terkait kematian Lukito bungkam tak mau bicara, namun aneh nya diakhir adegan mereka bukannya membicara Lukito sih, melain kan Jodi ngajak Ria kawin...
Film yang rilis tahun 1992 ini punya plot yang menarik, sayang nya bukan thriller kasus pembunuhan Lukito nya yang highlight melainkan kehidupan Maryati alias Maria, seorang wanita penjaja bibir kata nya maka nya judul nya bibir mer, tapi kalo dilihat lihat, si Ria ini gak cuma jualan bibir, secara dia nih juga goodlooking, inti nya di bawa ke bar gak malu lah, jadi lebih ke LC sih dia. Bahkan dia juga gak menampik kalo dia sudah kaya pelacur, pulang malam, layan bisnis lah kata nya, cuma gak buka kaki aja.
Karena nya di awal film dia berkata bahwa dari semua yang penting adalah bibir, dan seiring berjalan nya cerita dia menyadari bahwa bibir bukan lah hal yang penting. ini lebih ke komedi gelap sih sebenarnya, karena dimasa itu katanya kebebasan berpendapat itu sangat minim terutama media massa, yang kata nya juga di setir oleh elit politik, entah benar tidak nya ya saya gak tau, tahun segitu belum lahir soal nya, bagi yang mengalami bisa tulis di kolom komentar ya...
0 komentar:
Posting Komentar