Selamat Tinggal Jeanette [Review]
Film ini bercerita tentang Jeanette yang merupakan seorang wanita asli Prancis yang menikah dengan Suryono, seorang pelukis keturunan keraton jawa. Perbedaan tradisi dan pandangan hidup membuat pernikahan kedua nya diterpa berbagai macam badai.
Awal nya, Ibu Suryono menolak menyetujui Suryono menikah dengan Jeanette. Namun karena belas kasih seorang Ibu, akhir nya beliau menyetujui pernikahan kedua nya. Kedua nya pun menikah. Setelah menikah Suryono memutuskan untuk menyendiri berdua dengan Jeanette di pondok milik nya di tengah hutan. Enam bulan di pondok tersebut, Jeannete mulai jengah. Mereka pun berdebat, Jeanette memutuskan untuk kembali ke Prancis dan mengajak Suryono, namun Suryono enggan untuk pergi ke Prancis.
Ibu Suryono menyarankan agar Suryono ikut Jeanette ke Prancis, karena selayak nya suami istri harus bersama. Namun Suryono tidak sepemikiran karena dia khawatir akan bekerja apa di Prancis, sedangkan di Indonesia saja, menjadi seorang pelukis belum cukup menghidupi diri nya bersama Jeannete.
Karena tak kunjung ada keputusan dari Suryono, Jeannete pun akhir nya pergi setelah dijemput oleh papa nya. Di Prancis sendiri, Jeanette merasa sedih dan mulai mengerti dengan maksud perkataan Suryono, bahwa seharus nya wanita menerima apa saja yang diputuskan suami.
Dilain pihak, Suryono mulai merasa kesepian, dan dipuncak kesepian itu dia pun menggagahi Trimah, abdi dalem kraton. Trimah pun hamil, namun tidak mengatakan pada Suryono maupun pada Ibu Suryono. Mereka mulai mengetahui setelah ada seorang abdi dalem yang melihat Trimah yang sedang mengandung bersama ayah nya di suatu tempat.
Ibu Suryono marah besar hingga membakar kasur tempat tidur Trimah di kraton. Suryono yang mengetahui hal tersebut merasa bersalah dan berusaha memberitahu Ibu nya. Alangkah kaget nya Ibu Suryono. Karena rasa bersalah yang mendalam, Suryono pun mohon pamit untuk keluar dari kraton dan pergi untuk bertanggung jawab pada Trimah.
Selepas kepergian Suryono, Jeanette pulang kembali ke Indonesia untuk mempertemukan anak yang dilahirkan nya dengan Suryono dan Ibu nya Suryono. Namun kali ini Jeanette hanya bertemu dengan Ibu Suryono yang menjelaskan pada nya tentang semua hal yang terjadi selama Jeanette tidak ada di samping Suryono. Nasi sudah menjadi bubur yang tersisa hanyalah penyesalan Jeanette karena sudah pergi meninggalkan Suryono sendiri.
KESAN KODOK
Film ini cukup mantap untuk dilihat meskipun terhitung film jadul. Di film ini kita bisa melihat bagaimana cara kita sebagai orang pribumi melihat kedudukan seorang wanita khusus nya wanita jawa. Sebagai seorang wanita kita harus nrimo apa kata suami. Sedangkan orang asing melihat wanita adalah mahluk indepeden, dimana mereka bisa mengutarakan semua isi hati dan melakukan apapun yang mereka inginkan.
Film ini menyuguhkan kedua nya melalui tokoh Trimah, seorang wanita jawa yang menerima semua nya meskipun merugikan diri nya sendiri dan tokoh Jeanette, seorang wanita independen yang merasa jengah karena tidak dapat melakukan hal yang dia inginkan.
Suryono sendiri merupakan tokoh yang plin plan yang bosan di dikte oleh orang tua nya namun tidak dapat lepas dari ketergantungan nya pada orang tua. Dia merupakan sosok yang tidak mandiri.
Film ini sepenuh nya memberikan kita nasehat bahwa terlalu nrimo tidak baik, namun terlalu bebas juga tidak baik dan sejati nya wanita juga merupakan manusia yang berhak berpendapat dan berhak mengemukakan pendapat nya.
SKOR KODOK : 8,5 / 10
Film ini sepenuh nya memberikan kita nasehat bahwa terlalu nrimo tidak baik, namun terlalu bebas juga tidak baik dan sejati nya wanita juga merupakan manusia yang berhak berpendapat dan berhak mengemukakan pendapat nya.
SKOR KODOK : 8,5 / 10
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kodok Curhat
0 komentar:
Posting Komentar