Kokuhaku [Review]
Diangkat dari novel buatan ibu rumah tangga yang dapat penghargaan di negara asal nya di jepang sana.
Dari awal film aja sudah terasa tidak enak nya , di awali dengan ucapan perpisahan dari seorang guru bernama moriguchi dan pengakuan nya tentang pembunuhan anak nya dan ayah biologis dari anak nya, dia mengatakan mengatakan siapa pembunuh anak nya tepat di depan kelas dan mengakui sudah menyuntikkan darah ayah anak nya yang terinfeksi HIV pada susu yang di bagikan pada saat itu pada pelaku pembunuhan anak nya.
Kekacauan pun terjadi . pelaku pertama tetap menjalani hari hari sekolah nya seperti biasa, dia di bully dan pembullyan berakhir dengan ketakutan para pembully akan terinfeksi HIV dari diri nya, padahal test dari dokter meyatakan kalo dia negatif.
Pelaku ke dua , mengurung diri di kamar tidak mandi, tidak melakukan segala nya bahkan melarang ibu nya menyentuh nya dan berteriak sekeras mungkin agar ibu nya tidak lagi mendekati nya. Hidup nya sungguh ironis, hanya karena ingin teman dan berguna dia membunuh anak guru nya, dan berakhir pula dengan kematian ibu nya yang juga berusaha membunuh nya.
Selain pelaku pembunuhan ada juga pengakuan dari seorang gadis yang dekat dengan pelaku pertama, ternyata dia juga seorang pembunuh, yang meracuni keluarga nya hingga tinggal dia sendiri yang tersisa, hidup nya juga berakhir di tangan pelaku pertama, padahal dia memohon pada guru moriguchi agar melepaskan pelaku pertama karena motif sebenar nya dari pelaku pertama adalah perhatian dari ibu kandung nya.
Yap film yang menceritakan soal ironi kehidupan ini menurut ku bener bener menggambarkan ke extrem an depresi dari setiap karakter nya. Pelaku pertama ingin membunuh orang lain hanya saja tak berhasil, sedangkan pelaku ke dua hanya ingin seorang teman hanya saja dia di campakan, bu guru moriguchi juga hanya ingin hidup bahagia dengan anak semata wayang nya dan dekat dengan murid murid nya hanya saja murid murid nya tidak menghargai diri nya , dan seorang gadis yang hanya ingin menyelamatkan pelaku pertama hanya saja berakhir dengan kematian nya.
Harapan yang terlalu tinggi pada anak juga bisa membunuh , dan itulah yang terjadi dengan pelaku pertama, lahir dari seorang ibu jenius dan ayah yang biasa saja, membuat nya berharap anak nya juga jenius. Sayang harapan nya tak terkabul, ayah dan ibu nya bercerai dan yang tertinggal kata kata ibu nya yang mengatakan kalau diri nya adalah seorang jenius. Sayang hingga akhir hayat ibu nya ibu nya tak kunjung menemui nya, dan yang paling ironi pelaku pertama sendiri lah yang membunuh ibu nya tanpa dia sengaja dengan bom rakitan nya.
Yang jelas dari semua rentetan adegan bunuh membunuh tersebut di tempampang jelas kalo kita harus menghargai orang lain dan menghargai hidup, jadilah kuat karena bahkan motivasi dan harapan pun juga dapat membunuh seseorang.
Skor Kodok :8,5/10
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kodok Curhat
0 komentar:
Posting Komentar